Rabu, 22 Januari 2014
tentang hati
Terkadang aku tidak bisa merelakan kisah cintaku tuk tergantikan,
Terkadang pula aku tak bisa
tega, dia dalam kesendirian..
……………………………………………………………..
Senjaku, ku sayang..
Wajahmu indah hari ini
Sinarmu berkilauan..rindu,,
Sungguh..
Pesona,,,
Senja..
Beberapa jam yang lalu, kita
sempat berbincang-bincang “tentang hati”
(Awalnya aku hanya membuka
catatanku saja.)
S: “ Kenapa dirimu ..?”
(langsung ku gegabah dengan pertanyaannya)
A: “ha..?
aku tidak apa-apa kok..
“Aku
sedang menulis tentangmu.”
S: (kedua kalinya senja bertanya lagi)
“ kenapa lagi dirimu itu?”
“ matamu sendu, kau tak bisa bohongi aku “
A: “ apa sih!”
“Ok ok, aku sedang memikirkan sesuatu.”
S: “sesuatu?”
“apa itu?
“ pentingkah sesuatu itu untuk mu fikirkan?”
(berhenti aku sejenak memenadang sinar jingganya)
A: “aku rasa
sesuatu itu penting, terbukti kau mengerti saat aku tengah memikirkanya”
S: “jika
kita slalu berharap baik, mungkin kebaikan itu akan bersama kita”
A: “yah begitulah, kau benar lagi”
“ahh sudahlah …kita berbicara tentang yang lain saja..”
S: “ kalau
menurutmu, lebih baik diungkapkan , ya ungkapkan .kalau itu lebik baik, akan
tetapi kau lihat, antara keadaan fikir dan keadaan hatimu..”
A: “kau bisa saja senja.. tahukah kau yang ku rasa?”
“kok kali ini sasaranmu tepat mengenai targetmu..hihihi”
S: “seandainya
aku tidak punya hati, mungkin aku tidak tau rasamu saat ini..”
(Ku bergerak mundur, beranjak
dari tempat ku menulis untuk mengalihkan arahku lebih dekat dengan senja..
Hemmmm tapi masih jauh…………)
A: “hemm, iya dirimu benar lagi, senja..
“apakah aku ini terlalu cerobohdan terlalu tergesa-gesa?”
S: “engkau
dinda yang ku sayang teruslah berharap , bahwa aku kan menjadi bintang hati mu
yang terindah…”
(terdengar, senja sedikit
bernyanyi dengan nadanya)
A: “hello….?”
“masihkah… kita….”
S: “tentu, aku masih dengar kok…”
A: “…………………..”
S: “sempatkah kau ceritakan dengan hatimu sendiri?”
A: “sedikit…”
A: “
terkadang hatiku berontak, jadi terpaksa aku bercerita dengan fikirku saja,lagi
pula hanya itu itu saja..”
S: “LUCU!”
A: “lucu! Darimana kau ini?”
S: “seandainya
hati dan fikiran seseorang menjadi satu, mungkin seseorang takkan temui pilihan
, terlebih lagi tak pernah bimbang..”(ressa)
A: “memang begitu kok, hatiku ini berontakan’
S: “dirimu
saja yang tidak bisa berkompromi dengan nya, coba saja lihat! Hatimu lebih
memilih sendiri daripada mendengar keluhanmu..’
A: “ kok begitu? Kau ini terlalu sok tahu “
S: “ hey ,, sudah ketahuan, masih saja dirimu mengalihkan.. dasar!”
“ mesti difikir dan di renungkan sebelum terlambat”
A: “berlari sajalah,, tidakkan terlambat kan?hihi”
S: “terserahlah…
“ kau apakan hatimu itu!,buang saja lebihbaik daripada kau
biarkan.”
(diam sejenak, memainkan pena
dengan jemari kananku,,menarik nafas dalam dalam… huft[A2] [A3] [A4] ..”)
A: “ apalah arti sebuah cinta tanpa hati, apa pula cinta bersama
hati?”
“aku
slalu bingung menuruti hati, namun bingung juga kalau sudah begini..”
S: “tergantung!’
A: “ mati! Maksudmu”
S: “ kau ini, masih saja.. guyon.. diam dulu..”
A: “aku …lho… ok ok aku diam..
S: “kau
ingin mencintai dan dicintai dengan tulus , gunaka hatimu untuk merasakan apa
yang kau alami dan apa pula yang harus kau jalani,,
Jika
tanpa hati kau hanya bisa melihat tapi tidak merasakan..”
A: “namun,
terkadang aku tidak bisa merelakan semuanya jika aku bersama hati, dan tidak
pula bisa melupakan jejak yang…., jika aku tetap bersama hati..”
“salahkah aku senja..?”
“aku
hanya ingin hatiku mengerti tentang keadaanku, serta terus bersamaku dan
mengerti pula kebimbanganku tentang jalannya cintaku, yang kata orang kalu
cinta mesti berkorban..”
S: “kau
harus ungkapkan pada hatimu dengan pelan-pelan hingga hatimu memahamimu,,”
A: “bagaimana
caranya? Dia sudah menyendiri tak bisa aku menganggunya.”
S: “huh.. kau ini bagaimana..
Yang
lebih dekat dengan hatimu kan dirimu sendiri kenapa kau Tanya ke aku,
seharusnya kau tau dia bagaimana kalau sudah begini..”
A: “ya,, tapi masalahnya,,, ini ,,,”
S: “pantas
saja hatimu pergi saat begini dirimu mengeluh, tapi saat bahagia kau tak
hiraukan tegurannya agar dirimu tak tertipu kesemuan.”
A: “kau ini kenapa ikut-ikutan naik darah, ada apa denganmu?”
(diam sejenak kita berdua
saling memalingkan pandangan, senja sedikit melihat deburan ombak, sedangkan
aku hanya merasakan angin sepoi-sepoi.)
S: “ya
sudahlah, coba kau temui dulu hatimu itu, kali saja dia akan mendengarkan
penjelasanmu yang aneh iu..”
A: “emang kau tahu penjelasanku, menjelaskan ke kamu saja belum..”
S: “ lha tadi itu apa?”
A: “ hussss… iya iya, kau ini makin naik saja darahmu itu…”
S: "tidak juga."
A: “senja…aku tahu yang kau maksud itu..
“aku
hanya mementingkan fikiran egoku yang tidak kufikirkan hati yang menjaga
naluriku..”
“
andai aku lebih mendengar tegurannya.. aku tidakkan serapuh ini,senja……”
S: “kau memang ceroboh!”
A: “iya..”
S: “aneh ,benar kau ini,,”
A: “aneh, bagaimana lagi?
“sudahlah
jangan pojokin aku terus, tahu begini , aku tak ceritakan
tadi
“tentang hati”. “
S: “yang
lalu biarkan berlalu,jika ada waktu untuk diperbaiki, ya perbaiki, namun jika
sebaliknya mendingan kau jadikan itu kenangan yang tidak bisa kau ulang lagi,
menurutku begitu..”(khalil G)
A: “senja ku sayang.. I just need one ‘belief from heart to me’..”
“namun
aku tahu itu, sulit memang…but I must
try one again just the heart.”
S: “ya memang kau harus begitu, itu akan lebih baik.’
A: “jadi kangen aku……..”
S: “aku ,tahu maksudmu..”
A: “ hust,,
diamlah kalau sudah tahu maksudku,, hmmmmm hampir selesai ini”
S: “wah,, yu have finished to write about me..’
A: “ iyalahhh”
(begitulah sharing yang
sedikit menyebalkan dengan senja, yang “terlalu”)
Senjaku sayang..
Wangimu kian lekat dengan
kelopak mataku,,
Hari ini kau kurangi sedikit
beban fikirku..
Dan damaikan walaupun masih
terfikirkan.
Author:Ressa Andi Pratiwie
Seperti itulah Manusia.. ada hujan ada pelangi.. namun tak tahu ketika tiba-tiba hujan berganti badai.. Read More →
Related Posts:
nightfall
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: