Sejauh
ini mata masih kosong belum mampu menelusuri kilauan mimpi bahkan untuk
mengkhayal saja terasa jauh. Iya, begitulah gambaran tentang aku yang dulu
mengejar impian sebatas harap. Aku merasa waktu itu aku mempercayai bahwa mimpi
harus satu dan harus diperjuangkan. Jika tidak maka akan musnah. Dan mimpku
kala itu adalah ingin menjadi seorang sastrawan, bisa berpuisi dan menjadi
perawat. Iya, itu mimpiku.
Namun
keyakinan waktu itu harus memudar karena sebaik-baik rencana masih rencana
Allah yang terbaik. Tanpa kita sadari rencana Allah jauh dan sangat jauh dari
apa yang kita harapkan, dan mengklaim bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu
di dapatkan. Pernyataan itu salah wahai sahabatku semua.
Aku
bercita-cita menjadi perawat, namun ketika lulus dari SMA ternyata orang tuaku
menginginkan aku mengikuti Tes Seleksi KOWAL (Korps Wanita Angkatan Laut),
dengan dalih “Bekerjalah dulu Nak, Nanti bisa kuliah dengan uang sendiri.” Maklumlah, karena hanya ibuku saja yang
bekerja, membiayai hidup ketiga anaknya. Aku mengiyakan keinginan Orang Tuaku
dan aku mengerti orang tuaku kecewa melihat aku telah gagal seleksi Kowal.
Bahkan untuk yang kedua kalinya. Dengan dalih tidak ingin memperkeruh
kekecewaan kedua orang tuaku, aku meminta maaf dan mohon do’a restu untuk melanjutkan
sekolahku (Kuliah). Dengan persiapan singkat bisa dibilang aku memilih jurusan
yang tidak begitu aku menyukainya, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Mungkin
bakat mengajar sudah terlihat dalam diriku karena aku anak dari seorang
Pengawai Negeri Sipil. Ibuku seorang Guru Sekolah Dasar.
Allah
menunjukkan kebesarannya lagi, dengan ujian Krisis Ekonomi dikeluargaku. Aku
juga tidak sampai hati melihat ibu bingung mencari penjaman sana sini hanya
untuk membayar uang kuliah semester 3 yang sudah dikerjar-kejar waktu karena
Ujian Semester akan dilaksanakan, dan jika saya belum membayar maka tidak dapat
mengikuti ujian tersebut. Beban ibu semakin berat karena adikku juga masih
duduk di bangku Sekolah dasar dan sama-sama membutuhkan biaya untuk biaya memasuki
Sekolah Menengah Pertamanya. Melalui pertimbangan bahwa kuliah tidak ada kata
terlambat, aku memutuskan untuk cuti dari perkuliahan walaupun terkadang
berprasangka buruk kepada Allah SWT. “Allah, jika tidak berkenan dengan pilihanku, maka aku
memasrahkan semua urusanku kepadaMu.” Begitulah kata hatiku bergumam karena
menelan ujian yang seperti itu. Akupun marah kepada orang tuaku sebab aku tidak
bisa menikmati masa-masa remajaku sama dengan teman-temanku yang lainnya.
Aku
tidak ingin terbuai dengan banyak prasangka buruk dan terus menyalahkan keadaan
serta menjatuhkan asa yang masih tersisa. Aku mencoba mencari pekerjaan untuk
mengisi hari-hariku selanjutnya dan ternyata mencari pekerjaan itu sangat
sulit. Kebetulan ada lowongan kerja sebagai seles motor, aku tidak menyangka bahwa pekerjaan ini sulit karena harus rela
berpanas-panas ria menjajakan brosur,mempromosikan motor dan itu gajinya tak
seberapa. Alhamdulillah sepulang kerja diluar rumah aku masih bisa menjadi guru
les untuk anak-anak SD dan SMP dilingkungan desaku.
Allah
SWT Maha membolak-balikkan keadaan hati dan aku mulai ragu dan cemas ketika
harus melanjutkan kuliahku yang tertunda. Bukan karena tak mampu tetapi aku
tidak nyaman mungkin faktor internal yaitu tidak bersama-sama lagi dengan teman
seperjuanganku dulu. Namun mengingat ibuku, aku memilih bertahan hingga
semester 4 selesai. Rupanya Allah SWT telah mempersiapkan semuanya, Dia telah
mengizinkan aku untuk melepas masa lajangku. Iya, kekasihku melamarku dan akan
melangsungkan pernikahan. Sempat orang tuaku berberat hati karena melihat aku
yang masih kuliah, tetapi allah melapangkan dan melancarkan semuanya. Sujud syukur
kembali, semakin aku mempercayai bahwa ujian allah akan mendekatkan kita kepada
hikmah yang berpontensi kebaikan. Barokallah, Bapak mertuaku menawariku untuk
mengajar TK dan saat itu juga ALLAH SWT memberiku kesempatan untuk membuktikan
bahwa aku bisa berkarya lewat tulisan. Dimana impian waktu kecil masih terukir
jelas didalam harapan hati. Aku meyakini bahwa mimpi bagian rencana ALLAH SWT.
Satu persatu naskah puisiku lolos ketika ikut lomba meskipun belum juara, masuk
dalam deretan puisi yang terpilih dari ratusan puisi yang terbaik itu suatu
kebanggaan tersendiri untukku.
Inikah
cara ALLAH SWT mencintaiku? Mengenalkan aku dengan banyak mimpi yang tak
terduga lewat ujiannya yang sempat menuai keputusasaan. Sahabatku yang
dirahmati ALLAH SWT, hapuslah jika kalian menulis satu impian saja tanpa
mempercayai bahwa mimpi yang lain mampu kau taklukkan. Semuanya ada
pertimbangan yang akan meyetarakan antara usaha dengan kesuksesanmu. Begitu
juga kisahku ini, tidak mudah melewati semua ujian yang ada,sebab kemilau
impian itu sangatlah mahal. Gapailah terus kemilau itu, genggam erat setiap
niat yang kau ucap. Jangan pernah takut terjatuh ketika impianmu terlalu tinggi
justru dengan begitu kau akan mencicipi cita-cita yang berserakan. Tenanglah
wahai sahabatku, jika kau gagal ALLAH
SWT akan menggantikannya jauh lebih baik.
Ini
cerita tentang perjuangan menggapai cita-citaku. Alhamdulillah sekarang aku
tengah diberi anugrah yaitu menikmati sebagai seorang istri dan ibu untuk anak
pertamaku. Barokallah ya rabbi…
Kencong, 06 April 2014.
Kencong, 06 April 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar